Kamis, 18 November 2010

Manusia Ingin Hidup Selama Mungkin...




Penulis : Ahmad Shams Madyan, Lc.
Tebal : xviii + 98 halaman
Ukuran : 12 x 18 cm
ISBN 13 : 978-979-8452-89-5
Harga : Rp 19.900,-



Manusia hidup dalam ketidakpastian. Apa yang terjadi esok—apakah situasi ekonomi makro-mikro, kondisi politik, sakit, sehat, tiba-tiba kaya atau sebaliknya, dicaci, dipuji, sepi, ramai, susah, bahagia, dan sebagainya—tak ada yang tahu. Tapi semua manusia tahu dengan pasti sebuah kenyataan yang juga pasti terjadi: bahwa pada akhirnya ia akan mati.

Kematian adalah fakta dalam kehidupan. Dan selayaknya fakta, ia dipandang dari perspektif yang berbeda. Karena mati adalah pasti, kenapa kesempatan hidup tidak dipakai semaksimal mungkin untuk senang-senang? Membuang segala yang menyulitkan, termasuk norma-norma, nilai-nilai, aturan dan etika, atau apa pun dan dari mana pun datangnya. Tabrak saja semuanya. Mumpung hidup, mumpung belum kehilangan hidup.

Akan tetapi, ada juga yang memandang sebaliknya. Karena mati adalah pasti, tentu hidup harus berarti. Kematian tidak perlu ditakutkan, tapi takutkanlah umur panjang yang tiada guna walau sejengkal. Umur panjang, selayaknya menjadi penentu panjang-pendeknya kebaikan yang dilakukan.

Dari dua gelombang besar pandangan manusia akan kematian di atas, tentu setiap muslim mengetahui mana yang harus dipilihnya. Kumpulan hadits yang kini di tangan pembaca, yang secara keseluruhan berbicara tentang manajemen usia, dengan demikian dapat dianggap sebagai azan pengingat waktu shalat. Setiap pengingat, adakalanya memang tidak menarik, juga menjengkelkan. Meski demikian, nyatanya hingga kini azan tetap dikumandangkan; padahal setiap muslim tahu bahwa waktu Dhuhur tak jauh dari pukul 12.00, misalnya. Ketika azan bersahut-sahutan, apalagi di tengah siang, adakalanya—dimungkiri atau tidak—seorang muslim merasa terganggu. Akan tetapi, jika aliran listrik mati, azan tak terdengar, ia merasakan sesuatu yang hilang.

Sebagai pengingat, hadits-hadits dalam buku ini diharapkan membawa pembaca ke kehidupan yang lebih bermakna. Kehidupan yang penuh ketenangan dan barakah sehingga menjadi bekal menghadapi sang kepastian: mati.
Demikianlah.Umur adalah modal hidup di dunia. Bagaimana mengisi umur dengan hal-hal berguna menjadi sesuatu yang penting artinya. Buku ini berisi tips-tips dari Rasulullah Saw. terkait bagaimana seseorang mesti memanfaatkan umurnya dan beberapa rahasia amalan yang dapat memperpanjang usia.

PIKIRAN NAKAL SAAT MENUNAIKAN HAJI



Penulis : KH. A. Aziz Masyhuri
Tebal : xvi + 132 halaman
Ukuran : 12 x 18 cm
ISBN 13 : 978-979-8452-91-8
Harga : Rp. 24.900,-

Hikmah dan rahasia merupakan hal yang menarik perhatian bagi manusia yang mempunyai daya pikir yang tajam dan hati yang lembut. Oleh karena itu, tidak ada orang yang mampu menyingkap rahasia dan hikmah sesuatu, kecuali setelah melewati pendalaman dan penghayatan yang sungguh-sungguh. Tidak semua hikmah bisa dianalisa dengan rasio. Namun, semakin banyak diperoleh hikmah suatu amalan, semakin banyak pula makna-makna baru yang muncul darinya. Dengan ini, tuntunan agama layaknya sebuah mata air yang tak kunjung kering.

Haji adalah ibadah yang mempunyai rahasia tertentu. Selain rahasia-rahasia lahiriah seperti menambah pengalaman, mengetahui adat istiadat seluruh umat Islam, juga mengandung rahasia batiniah yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui apakah haji seseorang diterima oleh Allah (mabrur) atau tidak. Haji, sebagai rukun Islam yang terakhir, bukan berarti lebih ringan dari rukun Islam lainnya. Karena pada kenyataannya, semua hikmah yang ada pada syahadat, shalat, zakat dan puasa terdapat pula dalam ibadah haji.

Buat apa ”berkemah” di Padang Arafah, misalnya, yang panas dan berdebu? Apa pula gunanya berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah? Mengapa kita harus berputar-putar mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali? Dan apa pula tujuan mencukur rambut, menyembelih ternak, juga melempari tugu batu? Demikian, ibadah haji dipenuhi ritual-ritual yang tidak masuk akal, dan karenanya, bukan tidak mungkin memunculkan pikiran-pikiran nakal dalam diri kita.

Tepatlah ketika buku ini menghadirkan rahasia-rahasia terdahsyat dari berbagai ritual dalam ibadah haji yang dapat menjawab kehausan ruhani kita. Dengan mengetahui rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya itu, diharapkan kita akan mengerjakan ritual-ritual haji tanpa keraguan, tanpa syakwasangka, dan terhindar dari segala perasaan negatif yang lain. Semua itu akan kabur dan tertiup habis oleh kemantapan hati dan kekhusyu’an sehingga titel mabrur bukan lagi impian.

Kisah Perjalanan Kiai Mbeling yang Menggetarkan




Penulis : S. Maroeba
Cetakan : I, Oktober 2009
Tebal : xii + 640 hlm.
Ukuran : 13 x 20,5 cm
ISBN: 979-1283-96-6
ISBN 13: 978-979-1283-96-0
Penerbit : Matapena Yogyakarta
Harga : Rp. 65.500,-

"Ia mendatangi lokalisasi, tempat-tempat mesum, bar, pusat perjudian, dan dunia kemasiatan yang lain. Mereka butuh cahaya, katanya, dan biarlah aku mendatangi mereka dengan cahaya itu..."
Novel Nareswari Karenina adalah novel pertama dari sebuah Trilogi Kharisma Cinta(Robohnya Tembok Tradisi Kaum Santri) yang mengisahkan kisah cinta tiga perempuan aneh dalam satu ikatan mertua dan menantu, dengan para gus yang menjadi mursyid agung. Nareswari Karenina, seorang perempuan miskin yang ditinggal mati ibunya saat ia dilahirkan dan ditinggal mati bapaknya dalam kerusuhan para perkerja perkebunan tebu di Madiun pada tahun 1948. Nareswari Karenina kemudian diasuh oleh pamannya, seorang polisi yang menjadi salah satu pimpinan partai komunis ditinggkat kecamatan, dan bibinya yang juga memimpin kelompok Gerwani. Masrukhin, atau Gus Masrukhin, seorang pemuda tampan anak seorang kyai besar dengan ratusan santri. Dari sang ibu ia memiliki garis keturunan hingga Sang Nabi Saw dan dari sang ayah ia mempunyai garis keturunan hingga Rajasa Jayawardhana pendiri Majapahit. Gus Masrukhin yang biasa dipanggil Gus Rukh, adalah seorang gus yang dianggap sebagai orang jadzab sejak kecil. Langkah dan kelakuannya sehari-hari sangat kontroversial. Minuman keras, perjudian, perempuan pelacur adalah bagian dari hidupnya, disamping para kyai dan kaum santri yang memuja dan memusuhinya. Namun Gus Rukh juga memiliki kecerdasan dan kesaktian yang luar biasa sehingga pada puncaknya, dianggap sebagai seorang mursyid dan wali agung. Nareswari Karenina yang miskin dan kafir dengan Gus Rukh yang jadzab dan calon wali yang diagungkan ribuan orang. Kisah cinta mereka diawali dengan sebuah ramalan dari seorang mursyid agung dari Muntilan yang termashur sebagai seorang wali. Karenina sama sekali tidak mengenal agama, tidak bisa sholat, apalagi mengaji. Ayah kandungnya mati dalam pemberontakan Madiun dan kedua orang tua angkatnya mati dalam kerusuhan enam lima ditangan kaum santri. Maka bagaimanakah Karenina menghadapi perkawinannya yang kemudian membawanya pada posisi puncak sebagai seorang ibu nyai yang dihormati dan disegani kaum santri dan para kyai diseluruh penjuru Jawa dan Sumatra adalah kisah yang disajikan dalam novel ini. Pergulatan bathinnya menjalani hidup sebagai istri dari seorang suami yang jadzab dan kontroversial namun seorang yang dipuja sebagai wali. Pergulatan bathinnya menghadapi hujatan dan penghinaan dari kaum santri. Dan pergulatan bathinnya menjalani hidup sebagai bagian dari kaum santri yang telah menghilangkan nyawa kedua orang tua angkatnya, kedua saudara angkatnya dan menghanguskan rumah dimana ia dibesarkan. Sebuah kisah cinta yang tragis namun berbuah kebesaran (bukan kebahagiaan)!

Jihad Fi Sabili Damai...



Penulis : Alaik S.
Tebal : xvi + 108 halaman
Ukuran : 12 x 18 cm
ISBN : 979-25-5399-1
ISBN 13 : 978-979-25-5399-4
Harga : Rp 19.900,-


Jihad adalah sebuah aktivitas peribadatan yang memiliki derajat paling mulia. Bagaimana tidak, seorang yang berjihad (mujahid) dijanjikan untuk diampuni dosa-dosanya, langsung masuk surga, tidak disiksa di alam kubur dan masih banyak lagi lainnya. Memang iming-iming ganjaran yang diberikan sangat menggiurkan. Karena itu tidak salah kalau banyak sekali orang muslim yang berlomba-lomba untuk terlibat dalam kegiatan jihad ini.
Namun persoalannya adalah di tengah-tengah masyarakat menjamur kesalahpahaman terhadap makna jihad itu sendiri. Jihad seringkali diidentikkan dengan perang. Jihad disamakan dengan penggunaan kekerasan melawan musuh Allah. Jihad disempitkan maknanya pada menghunus pedang dan mengokang senjata. Tentu saja, pemaknaan jihad semacam ini sangat sempit dan tidak sejalan dengan ruh Islam yang mengajarkan kasih sayang dan perdamaian. Padahal, peperangan melawan musuh Allah itu baru dibenarkan kalau memang terpaksa. Seorang muslim baru dibenarkan mengangkat senjata kalau posisinya sudah terjepit. Jalan peperangan baru diambil kalau memang tidak ada opsi lain.
Jadi yang perlu disuntikkan energi penyegaran di sini adalah pada kesadaran yang melekat di benak kaum muslimin. Kesadaran tentang makna jihad yang sempit ini seharusnya bisa diperluas. Sehingga makna jihad tidak melulu identik dengan kekerasan.
Melalui buku yang memuat 40 hadits tentang makna jihad ini, penulis melakukan eksplorasi tentang sabda dan perilaku Rasulullah Saw menyangkut masalah jihad. Ternyata dalam hadits-hadits tersebut ditemukan keterangan bahwa lapangan jihad sangat luas. Segala bentuk aktivitas yang mengusung niat untuk mengembangkan agama Allah dan upaya untuk mewujudkan ketakwaan kepada-Nya memiliki derajat jihad. Jihad tidak terbatas pada peperangan. Karenanya, semoga dengan hadirnya buku ini kita bisa memperoleh pencerahan. Kita menimba wejangan-wejangan bermakna dari Rasulullah Saw.

Indahnya Bisnis Sesukses Nabi



Penulis : Khotimatul Husna
Tebal : xvi + 134 halaman
Ukuran : 12 x 18 cm
ISBN : 979-8452-90-9
ISBN 13 : 978-979-8452-90-1
Harga : Rp 23.900,-


Pandangan miring akan harta memang mujarab untuk menenteramkan hati, apalagi di tengah kondisi serba sulit. Dalam keadaan tertentu, hal ini justru harus dilakukan, terutama untuk mencegah terseretnya manusia ke ujung telunjuk hasrat yang selalu memerintah tanpa pandang bulu, menafikan garis demarkasi halal-haram dan baik-buruk. Islam memang mengajarkan demikian, namun tidak untuk digunakan sebagai pembenar laku malas. Sebaliknya, Islam memandang luhur kerja keras dan menghinakan minta-minta; orang yang memberi diposisikan jauh lebih tinggi daripada penerima, orang yang memiliki kepedulian sosial lebih terhormat daripada pengucil yang enggan menengok kiri-kanan.
Islam, dengan demikian, memotivasi umatnya untuk giat bekerja. Rasul sendiri pernah mengatakan—ketika melihat seseorang yang beribadah di masjid, siang malam, dengan menggantungkan kebutuhan manusiawinya kepada orang lain—bahwa pahala orang yang menanggung kebutuhannya lebih besar daripada orang yang beribadah di masjid tersebut.
Yang harus dicermati, hanyalah rambu-rambu dalam bekerja. Terlepas dari bidang suatu pekerjaan tertentu, etika kerja menjadi unsur pokok yang ditekankan Islam. Jujur, toleransi, peduli, adalah beberapa di antaranya. Selama etika kerja dipegang, tak ada masalah meski penghasilan sehari bermilyar-milyar, atau bahkan lebih.
Islam memandang segala sesuatu sebagai media ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Maka, kerja pun sesungguhnya adalah ibadah. Oleh karenanya, niat ibadah sebelum bekerja sudah pasti menghasilkan nilai lebih. Selain itu, suatu kerja yang dipandang ibadah akan lebih mendapat penghargaan dari si pekerja dan mendorongnya untuk tidak keluar dari etika kerja dan agama. Dari niat ibadah, pelaksanaannya menjadi ibadah. Tentu saja, karena kerjanya dinilai ibadah, ia akan berpikir dua kali jika suatu saat kesempatan menggodanya untuk melakukan apa yang bukan ibadah (seperti berbohong, menipu, merugikan orang lain, dan sebagainya). Dan yang tak kalah penting, seseorang yang sejak awal berniat ibadah, akan termotivasi untuk menggunakan hasilnya di jalur ibadah.
Kumpulan hadis ini memuat berbagai petunjuk Nabi Saw tentang etika dan motivasi kerja. Selamat mencermati, dan menyusuri jalan Nabi.